Bandung, 12 Desember 2018
Sumber Berita : Retno Heriyanto(Pikiran Rakyat)
Pemikiran dan Pengalaman Dewi Sartika, Aktualkan Semangatnya dan Jangan Hanya Dikenang
Sosok Raden Dewi Sartika, pada masa sekarang, perlu diaktualisasikan kepada generasi muda sebagai cerminan wanita Sunda yang tangguh dan pantang menyerah. Bahkan, nama Pahlawan Nasional wanita asal Jawa Barat itu sangat layak untuk diusulkan sebagai nama Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka. ”Tidak sedikit generasi muda sekarang ini yang tidak mengenal siapa Raden Dewi Sartika. Generasi muda, khususnya kalangan anak-anak, lebih mengenal Raden Ajeng Kartini ketimbang Raden Dewi Sartika. Padahal, kalau dilihat dari sepak terjang yang sudah dilakukan, warisan Raden Dewi Sartika bagi dunia pendidikan perempuan lebih nyata dibandingkan dengan Raden Ajeng Kartini,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Ida Hernida. Ia mengatakan itu pada peringatan Hari Lahir ke-134 Ibu Raden Dewi Sartika di pelataran Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Monpera Jabar), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Selasa 4 Desember 2018. Peringatan Hari Lahir Ibu Raden Dewi Sartika, menurut Ida, diselenggarakan saban tahun oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat bersama Yayasan Raden Dewi Sartika dan Yayasan Ahli Waris Pahlawan Nasional Dewi Sartika dan Agah Kanduruan Suriawinata (Awika). ”Tujuannya bukan sekadar mengenang jasa-jasa Raden Dewi Sartika, melainkan lebih pada membangkitkan nilai-nilai atau spirit yang dicita-citakan oleh Raden Dewi Sartika, diwujudkan dengan memberikan pendidikan kepada kaum wanita. Hal ini yang harus terus digelorakan oleh kaum wanita di Jawa Barat,” katanya. Satu hal penting yang harus dicontoh dari Raden Dewi Sartika, menurut Ida, adalah sosok perempuan Sunda yang sangat tangguh. Meski dalam kondisi serbasulit karena ditinggal oleh kedua orangtua, ia masih memiliki kemampuan untuk mengajarkan kaum wanita. Ia tidak hanya bekerja di dapur serta mengurus suami dan anak, tetapi juga membaca dan menulis. Dini Dewi Kartika Krisna, salah seorang cucu Dewi Sartika, menyatakan bahwa peringatan Hari Lahir Raden Dewi Sartika memang merupakan acara rutin keluarga yang kini sudah memasuki generasi kelima. ”Namun, cucu cicit Raden Dewi Sartika tidak ingin kalau kegiatan hanya berupa seremonial. Kami ingin kegiatan diisi dengan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan oleh nenek buyut kami, Raden Dewi Sartika,” tuturnya. Oleh karena itu, setiap kali peringatan Hari Lahir Ibu Raden Dewi Sartika, pihaknya tidak henti-hentinya mengingatkan agar perempuan Sunda khususnya dan Jawa Barat umumnya, harus memiliki kemampuan sebagai perempuan yang cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. ”Saya masih teringat kata-kata (Dewi Sartika) akan perempuan Sunda, ’Di samping pendidikan yang baik, perempuan bumiputra harus dibekali pelajaran yang bermutu. Perluasan pengetahuan akan sangat berpengaruh bagi moral kaum perempuan bumiputra. Pengetahuan tersebut hanya diperolehnya dari sekolah,” katanya.
Nama bandara
Iwan Kurniawan, salah seorang cicit Raden Dewi Sartika, mengungkapkan, pengusulan nama Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati menjadi Bandara Internasional Raden Dewi Sartika didasarkan oleh berbagai pertimbangan. ”Selain keluarga menerima usulan berbagai pihak, juga karena pertimbangan selama ini nama bandara di Indonesia menggunakan nama pahlawan daerah. Kami merasa, saat ini, sangat pantas kalau nama perempuan disematkan dan mendapat posisi sama dengan kaum pria, seperti nama Bandara Cut Nyak Dien di Aceh dan Fatmawati di Bengkulu,” ujar Iwan. Untuk mewujudkan usul tersebut, pihaknya sudah menempuh prosedur, mulai dari tingkat dinas atau instansi terkait hingga pemerintahan tingkat wali kota dan gubernur. Bahkan, pihaknya juga sudah mengajukan usulan ke Kementerian Perhubungan dan tinggal melakukan lobi kepada pihak pengelola Bandara Kertajati.***
- Museum Negeri Sri Baduga Provinsi Jawa Barat -