Bandung, 20 Desember 2018
Sumber Berita : Romulo ( Kurator Museum Sri Baduga )
Prasasti Kawali Peninggalan Sejarah/Purbakala dari Kabupaten Ciamis
Orang yang pertama memberitakan tentang prasasti Kawali serta semua peninggalan di Kawali adalah Thomas Stamford Raffles, seorang berkebangsaan Inggris, yang menjabat Gubernur Jenderal Pulau Jawa tahun 1811-1816.Dalam penyelidikan dan penelitiannya, dibantu oleh Bupati Sumenep(Madura) yang bernama Natakusumah. Dalam bukunya berjudul History of Java jilid II, ia mencantumkan faksimil prasasti Kawalai I serta Batutulis Bogor (Raffles,1817:58).Setelah uraian Raffles tersebut, orang-orang Eropa mulailah menaruh perhatian terhadap prasasti tersebut. Diantara orang Eropa tersebut adalah Friederich (1855) orang pertama membaca, mendeskripsikan serta menerjemahkan, kemudian Holle mencoba membaca kembali hasil penelitian Frederich, Brumund (1867), Veth (18960, Pleyte 919110 (Danasasmita dkk.1982:9-10) Umumnya pasasti diberinama menurut tempat dimana prasasti tersebut ditemukan atau berasal, misalnya prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Tugu, Munjul, semuanya menunjukkan tempat asal prasasti ditemukan.Di Museum Negeri Jawa Barat, terdapat beberapa replika prasasti Kawali tersebut, pada kesempatan ini akan diuraikan dua prasasti. Kedua isi prasasti tersebut terdapat semacam pertanggalan (kalender pada pertanian Baduy)di Banten selatan. Prasasti Kawali I selanjutnya disebut PK I berhuruf dan berbahasa Sunda Kuna. Jumlah tulisan 10 baris, dan tulisan ini juga digoreskan pula pada ke empat sisi batu. Prasasti ini merupakan tanda kehadiran dan wasiat Wastu Kancana, isinya mengenai adanya suatu pertapaan di Keraton Surawissa, telah mendirikan parit sekeliling kota serta mendirikan desa-desa dan mengharapkan supaya di kemudian ada yang mengerjakan kebaikan untuk kebahagiaan yang lama di atas dunia. Bunyi bacaannya sebagai berikut:
Nihan tapa kawa
Li nu sinya mulia tapa bha
gya parebu raja wastu
mangadeg di kuta kawa
Li nu mahayu na kadatuan
surawisesa nu marigi sa
Kuliling dayeuh nu najur sagala
Desa aya ma nu pa (n) deuri pakena
gawe rahayu pekeun heubeul ja
Ya dina buana.
Terjemahan :
Yang bertapa di Kawali ini adalah
Yang mulia pertapa yang berbahagia
Parabu Raja wastu yang bertahta
di Kota Kawali, yang memperindah
Keraton Surawisesa, yang membuat parit (pertahanan)
sekeliling ibukota, yang menyejahterakan memajukan pertanian) seluruh negeri.
Semoga ada (mereka) yang kemudian mem-
Biasakan diri berbuat kebajikan agar
lama Berjaya di dunia
Dari prasasti tersebut diperoleh keterangan bahwa adanya raja parabu Raja wastu, yang memerintah dan mempunyai pertapaan di kawali. Menghiasi Keraton, mendirikan pedesaan baru serta dengan sifat kepahlawanannya membuat parit sekeliling ibukota untuk kepentingan pertahanan. Dan diakhiri dengan suatu harapan untuk anak cucunya, mendapat karunia umur panjang di atas dunia (Holle, dalam Danasasmita dkk, 1982:11). Dalam hal ini, kemungkinan Parabu Raja Wastu dibayang-bayangi oleh kejadian yang menimpa ayahnya prabu Maharaja yang gugur di Bubat, ketika peristiwa perang di Palagan Bubat pada tahun 1357 Masehi. Pada waktu mengantar putrinya Dyah Pitaloka ke Majapahit untuk dinikahkan dengan Prabu Hayam Wuruk. Pada waktu itu Parabu Raja wastu masih berumur 9 tahun, kemudian ia dipelihara dan diangkat anak oleh pamannya Mangkubumi Suradhipati atau Sang Bunisora adik Sang Prabu Maharaja yang menggantikan Sang raja Maharaja menjadi raja Sunda. Setelah Mangkubumi Suradhipati wafat, Prabu Niskala Wastu kancana (Parabu Raja wastu) menggantikannya menjadi Raja Sunda, dan memerintah cukup lama yaitu tahun 1371-1475) masehi. Dengan kejadian di Palagan Bubat tersebut, mungkin menjadi trauma bagi Parabu Raja Wastu. Oleh karena itu ia membuat parit (pertahanan) sekeliling kota, kemungkinan untuk menjaga serangan musuh yang sewaktu-waktu menyerang Kawali. Bagian akhir prasasti ini merupakan moto Kabupaten Ciamis, yaitu “pakena gawe rahhayu pakeun heubeul jaya dina buana”. Pernyataan tersebut merupakan ungkapan yang sangat baik, yang disertai dengan harapan semoga ada (mereka) yang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia. Harapan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi kita yang hidup sekarang ini, karena bila hal tersebut kita jalankan, bukan tidak mungkin masyarakat yang sejahtera akan tercapai. Prasasti Kawali II batunya menyerupai sandaran arca, bagian yang ditulisi hanya satu sisi. Pada bidang tulisannya terdapat tujuh baris Tulisan berhuruf dan berbahasa Sunda Kuna. Kalimatnya pendek sekali, bahkan kalimatnya-pun seolah-olah belum selesai, tetapi susunan keseluruhan indah sekali dalam persajakannya, menunjukkan bahwa si pembuat prasasti mengerti akan susunan puisi. Bacaannya sebagai berikut:
Aya ma
Nu ngeusi bha
Ri pakena kere
Ta bener Pakeun na (n) jeur
Na juritan.
Terjemahannya :
Semoga ada (mereka) yang kemudian
Mengisi (negeri) Kawali ini dengan
Kebahagiaan sambil membiasakan
Diri berbuat kesejahteraan sejati agar
Tetap unggul dalam perang.
Prasasti ini berisi suatu harapan untuk orang-orang yang mendiami daerah Kawali karena kesejahteraan mereka merupakan suatu persyaratan untuk menang dalam peperangan. Dari PK I dan PK II dapat disimpulkan beberapa hal yang telah dilakukan Parabu Raja Wastu semasa hidupnya. 1.‘mahayu na kadatuan surawisesa” (baris 5-6 PK I), yaitu memperindah keratin Surawisesa. 2.“marigi sekuliling dayeuh” (baris 6-7 PK I), yaitu membuat parigi atau selokan sekeliling kota, yang rupa-rupanya selain untuk pertahanan kota terhadap serangan musuh (seperti telah diuraikan di atas) juga untuk kepentingan warga kota akan kebutuhan air. Dalam bahasa Sunda sekarang ‘parigi” berarti “lubuk” atau selokan kecil tetapi dalam. Kalau dilihat keadaan topografi Kawali memang terletak di daerah yang dikelilingi gunung serta banyak sungai-sungai di sekitarnya. 3.“najur sagala desa”(baris 7-8 PK I) Dalam bahasa Sunda sekarang “tanjeur” berarti tegak”. Di sini tepat sekali kalau diartikan adanya pendirian desa-desa baru. 4.“ayu ma nu (n) deuri pakena gawe rahhayu pakeun heubeul jaya dina buana (baris 8-10 PK I) merupakan harapan Parebu Raja wastu untuk generasi yang akan datang sebagai penggantinya.agar mengerjakan kebaikan supaya lama berbahagia di atas dunia. 5.“bari pakena kereta bener pakeun najeur na juritan” (baris 3-7 PK II). Hal tersebut merupakan keterangan mengenai keadaan kemakmuran serta keamanan Kawali, sehingga memenuhi syarat untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan. Kepustakaan Atja, 1970, Tjarita Ratu Pakuan, Bandung: Lembaga Bahasa Atja, Edi Ekadjati, 1986,Negara Kertabumi parwa I sargah 1, Bandung: Proyek Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Sunda. Danasasmita Saleh, Hasan M.Ambary, Martindo, Dt,BP, 1982 Laporan study Kelayakan Jawa Barat, Bandung. Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Barat. Danasasmita Saleh, Hasan M.Ambary, Martindo, Dt,BP, 1984 Sejarah Jawa Barat : Rintisan penelusuran Masa Silam, jilid III Bandung: proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemerintah Daerah Tk.I Jawa Barat. Holle, KF, 1882 Tabel van Oud-en Nieuw-indische Alphabetten, Bi jdrage tot de palaeographie van Nederlansche Indie, uitgegeven door het bataviaasch Genootschap han Kumstem en We Tenschappen. Macdonell, Arthur Anthony, 1958, A practical Sanskrit Dictionary, London: Oxford University Press. Raffles, Th.S, 1817, History of Java, Vol.II, London.
- Museum Negeri Sri Baduga Provinsi Jawa Barat -